Sering orang menganggap bahwa dispepsia dan Gerd adalah penyakit yang sama. Sebab, keduanya menyebabkan rasa yang tidak nyaman atau nyeri di dada. Untuk rasa nyerinya biasanya muncul dikarenakan mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Padahal, antara Gerd dan dispepsia adalah jenis penyakit yang berbeda. Perbedaan Gerd dan dispepsia yaitu: Pertama, keduanya adalah sama-sama penyakit.
Jika dispepsia adalah kumpulan gejala yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Sedangkan Gerd lebih karena kondisi naiknya asam lambung menuju esofagus yang menimbulkan nyeri pada ulu hati atau merasakan sensasi terbakar pada dada. Sedangkan Gastritis ialah penyakit lambung yang disebabkan peradangan pada dinding lambung.
Contents
Perbedaan Penyebab Dispepsia dan Gerd
Beberapa hal yang menjadi penyebab dispepsia yaitu: kelebihan asam lambung, kondisi pencernaan, infeksi bakteri, gaya hidup kurang sehat, dan lain-lainnya. Sedangkan Gerd disebabkan karena terjadinya akibat tidak berfungsinya lower esophageal sphincter (LES) atau lingkaran otot di bagian bawah dari esofagus.
Diduga, kerusakan pada LES disebabkan karena stres, faktor keturunan, efek samping karena konsumsi obat, berat badan yang berlebihan (overweight atau obesitas), hamil, konsumsi makanan yang berlemak tinggi, dan lain-lain. Gastritis disebabkan karena peradangan yang terjadi pada dinding lambung.
Penyebab Diagnosis pada Dispepsia dan Gerd
Perbedaan Gerd dan Dispepsia dapat dideteksi dengan endoskopi, yaitu sebuah tabung fleksibel panjang dengan lampu dan kamera pada bagian ujungnya. Alat itu dimasukkan lewat mulut untuk melihat penyebab naiknya asam lambung dan ikut mendeteksi adanya luka pada dinding esofagus. Dalam kasus dispepsia, pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis, berupa tes darah, tes fungsi hati, tes pemindaian, dan USG perut, tes infeksi H. pylori.
Anda perlu mengetahui jika dispepsia adalah sebuah sindrom dan diagnosis klinik tanpa endoskopi bisa ditegakkan, hal ini berbeda dengan Gerd yang mewajibkan diagnosis dengan endoskopi.
Pengobatan Dispepsia dan Gerd
Nah untuk melakukan pengobatan dispepsia dan Gerd sebenarnya hampir mirip. Tapi umumnya, pengobatan dispepsia bergantung pada tingkat keparahan. Gejala ringan dapat diatasi dengan mulai mengubah gaya hidup. Seperti misalnya menghindari konsumsi makanan berlemak dan pedas, tidur yang cukup, rutin olahraga, serta kurangi konsumsi alkohol dan kafein harian. Jika kasus berat, dispepsia bisa diatasi dengan konsumsi obat-obatan. Misalnya, , proton pump inhibitor (PPI), antibiotik, antagonis reseptor H-2, dan obat golongan antasida.
Sedangkan pada kasus Gerd, pengobatan diawali dengan mengganti menu makan alias beralih ke makanan rendah lemak, tidak terlalu asin, dan tidak terlalu pedas. Perubahan menu makanan perlu disertai perubahan gaya hidup yang lebih sehat, misalnya tidur cukup, kelola stres, rutin berolahraga, dan berhenti merokok. Bila kondisi tidak membaik, pengidap GERD dianjurkan konsumsi obat untuk meredakan gejala.
Pengobatan Gastritis
Pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien, bergantung dengan penyebab dan kondisi yang memengaruhi terjadinya gastritis. Untuk mengobati gastritis dan meredakan gejala-gejala yang ditimbulkan, dokter dapat memberikan bisa memberikan obat-obatan seperti:
- Antasida. Obat ini dapat meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri) secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung. Obat ini efektif untuk meredakan gejala-gejala gastritis, terutama gastritis akut. Contoh obat antasida yang dapat dikonsumsi oleh pasien adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
- Penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Contoh obat penghambat histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
- Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki tujuan yang sama seperti penghambat histamin 2, yaitu menurunkan produksi asam lambung, namun dengan mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.
- Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Contoh obat antibiotik yang dapat diberikan kepada penderita gastritis adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, dan metronidazole.
- Obat antidiare. Diberikan kepada penderita gastritis dengan keluhan diare. Contoh obat antidiare yang dapat diberikan kepada penderita gastritis adalah bismut subsalisilat.
Nah, itulah artikel tentang perbedaan Gerd, dispepsia, dan gastritis. Semoga bermanfaat untuk Anda, ya!